Dalamartikel ini, kita akan kupas tuntas cara berpikir sinkronik mulai dari ciri-ciri hingga contohnya. Berdasarkan e-Modul Sejarah Indonesia Kelas X: Konsep Berpikir Kronologis, Diakronik, Sinkronik, Ruang, dan Waktu dalam Sejarah, kata sinkronik berasal dari bahasa Yunani, yaitu "syn" yang berarti dengan dan "chronoss" yang berarti waktu. Dilansirdari Encyclopedia Britannica, berikut yang termasuk dalam ciri diakronis, kecuali bersifat horizontal. Kemudian, saya sangat menyarankan anda untuk membaca pertanyaan selanjutnya yaitu Berita Jepang menyerah kepada sekutu didengar lewat? beserta jawaban penjelasan dan pembahasan lengkap. Caraberpikir diakronik memiliki beberapa ciri yang membedakannya dengan cara berpikir sinkronis. Antara lain; Mengkaji suatu kejadian sejarah seiring dengan berlalunya waktu Memiliki cakupan kajian yang sangat luas Kajianannya memanjang, dan mempunyai dimensi waktu Lebih mementingkan proses ketika terjadinya suatu peristiwa Vay Tiền Nhanh. Cara Berpikir Diakronik – Pernahkah kamu mengeluh saat belajar sejarah karena harus memahami banyak peristiwa beserta tanggal lengkapnya? Ternyata, ini merupakan bagian dari konsep berpikir sejarah. Konsep berpikir sejarah merupakan pendekatan guna memahami dan menganalisis peristiwa pada masa lalu. Nah, konsep berpikir sejarah ada dua, yakni sinkronik dan diakronik. Sinkronik dan diakronik adalah dua konsep yang digunakan untuk mempelajari sejarah. Sinkronik berarti konsep mempelajari sejarah yang sangat luas dengan ruang, tetapi memiliki keterbatasan dalam hal waktu, sedangkan diakronik berarti konsep mempelajari sejarah berdasarkan urutan waktu kejadian sejarah tersebut atau sesuai urutan kronologi peristiwa itu terjadi. Penelitian sinkronik dalam ilmu linguistik digunakan untuk membandingkan bahasa satu dengan yang lain dengan berfokus kepada satu kurun waktu atau satu masa secara mendatar, sesuai dengan waktu saat mempelejari bahasa tersebut, sedangkan penelitian diakronik dalam ilmu linguistik digunakan untuk melihat perbandingan atau perkembangan bahasa pada dua kurun waktu yang berbeda secara menurun. Dalam konsep berpikir, seseorang tentu memiliki cara berpikir masing-masing. Salah satunya adalah cara berpikir atau metode berpikir diakronik dan sinkronik. Metode berpikir diakronik sendiri biasanya menjadi metode berpikir yang dibutuhkan seseorang dalam kaitannya dengan memahami ilmu mengenai ilmu sejarah. Hal ini karena dalam memahami ilmu sejarah, seseorang membutuhkan daya untuk menghafalkan waktu, nama, dan tempat yang terkandung di dalam suatu ilmu sejarah. Kemudian, hal tersebut mengajak kalian dapat merasakan bagaimana pengalaman dalam belajar dan memahami peristiwa di masa lalu. Namun, apa pengertian diakronik itu dan bagaimana seluk-beluk mengenai konsep diakronik, konsep berpikir diakronik, apa saja ciri-ciri diakronik, bagaimana cara berpikir diakronik, dan lain sebagainya? Di bawah ini akan dijelaskan secara lengkap mengenai diakronik. Sebelumnya kita sudah memahami mengenai konsep berpikir sinkronik. Nah, pahami sebelum lanjut ke pambahasan di bawah ini dalam artikel mengenal konsep berpikir sinkronik. Pengertian Konsep Cara Berpikir DiakronikKarakter Berpikir Diakronik1. Unsur Periodisasi2. Unsur KronologisKonsep Berpikir DiakronikCiri-Ciri Berpikir Diakronik1. Bersifat Vertikal2. Pembahasannya Lebih Luas3. Memiliki Konsep Perbandingan4. Bersifat Historis5. BerkesinambunganCara Berpikir Diakronik1. Unsur Periodisasi2. Unsur KronologisPerbedaan Antara Konsep Sinkronik dengan DiakronikContoh Berpikir Diakronik Diakronik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI memiliki arti, yaitu berkenaan dengan pendekatan bahasa dengan melihat perkembangan sepanjang waktu yang bersifat historis. Secara etimologis, kata “diakronik” diambil dari bahasa Yunani, yaitu dia yang artinya melalui atau melampaui dan juga chronicus yang artinya adalah waktu. Berarti diakronik atau dia chronicus merupakan suatu hal yang sudah berlalu atau sudah melampaui waktunya. Selain itu, menurut Wahyu Iryana di dalam bukunya yaitu Historiografi Barat 2014 menyampaikan bahwa diakronik merupakan memanjang dalam waktu dan juga menyempit dalam ruang. Selanjutnya, menurut Krisanjaya dalam Hakikat Linguistik Bandingan 1996 mengutarakan jika dalam konteks kajian linguistik, sifat diakronik dapat berarti bahwa kajian ini berorientasi dan berfokus kepada dimensi dua kurun waktu berbeda secara menurun, mengikuti penggalan dua waktu yang berbeda. Misalnya, pengkajian pemetaan dan distribusi kosakata bahasa di Jabodetabek dapat dilakukan secara diakronis, dengan mengikuti dua penggal waktu berbeda. Sifat ini dikandung oleh linguistik bandingan historis dan linguistik bandingan areal atau geografis. Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa diakronik merupakan cara berpikir secara kronologis atau urutan yang terjadi dari berbagai catatan mengenai beberapa kejadian yang diurutkan sesuai dengan kejadian yang berlangsung. Kronologis dalam peristiwa yang dimaksud membantu merekonstruksi kembali suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu yang tepat. Biasanya cara berpikir diakronik ini digunakan dalam melakukan rekonstruksi peristiwa sejarah atau juga dapat digunakan untuk membandingkan suatu kejadian sejarah pada waktu yang sama di tempat yang berbeda. Proses diakronik ini merupakan ilmu yang mementingkan proses sehingga biasanya digunakan para sejarawan atau ahli sejarah. Para ahli tersebut menggunakan ilmu diakronik sebagai pendekatan diakronik jika berbicara atau menganalisis suatu hal yang berkaitan dengan sejarah karena dengan menggunakan pendekatan tersebut, sejarah akan berupaya untuk melakukan evolusi atau perubahan dari suatu masa ke masa selanjutnya. Dengan adanya pendekatan diakronik tersebut, maka memungkinkan para sejarawan dapat mendalilkan mengapa dalam keadaan tertentu lahir dari keadaan sebelumnya, atau mengapa keadaan tertentu dapat terus berkembang dan juga berkelanjutan, misalnya mengenai sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan lain sebagainya. Dalam melihat peristiwa sejarah, konsep berpikir diakronik memilki dua unsur, yakni unsur kronologis dan unsur periodisasi. Unsur kronologis yakni menganalisis peristiwa sejarah secara urut sesuai waktu kejadian, sedangkan unsur periodisasi yakni menganalisis peristiwa sejarah dengan mengklasifikasikan peristiwa-peristiwa masa lalu seperti sistem politik, suku, agama, sosial, dan budaya. Keduanya sangat penting guna merekonstruksi kejadian di masa lampau dan menemukan kemungkinan keterkaitan serta adanya sebab akibat. Karena bersifat runtut dan menjelaskan sebab akibat, menerapkan konsep berpikir diakronis mampu menghindarkan seseorang terpapar hoaks. Jadi, ketika merebak isu, seseorang tidak langsung percaya dan bisa menemukan sebab akibat antarperistiwa. Karakter Berpikir Diakronik Sinkronik dan diakronik memiliki karakteristik masing-masing. Pada pendekatan sinkronik memiliki ciri-ciri, seperti kajian tersebut bersifat horizontal, kajian ini tidak memiliki konsep perbandingan, kajian ini berfokus mengkaji peristiwa sejarah pada masa tertentu, kajian ini memiliki jangkauan yang lebih sempit, kajian ini lebih terstruktur dan sistematis, dan kajian ini dikaji dengan mendalam dan serius. Adapun pendekatan diakronik memiliki ciri-ciri, seperti kajian ini bersifat vertikal, kajian ini memiliki konsep perbandingan, kajian ini mempunyai cakupan kajian yang lebih luas dan mendalam. Kajian ini berfokus untuk mengkaji satu peristiwa dengan sejarahnya, dan kajian ini dapat digunakan untuk mengkaji masa peristiwa yang satu dengan yang lain. Lalu bagaimana seseorang dapat berpikir diakronik dalam mengkaji peristiwa sejarah? Ternyata, berpikir diakronik dalam mengkaji suatu peristiwa sejarah terbagi atas dua unsur, yang pertama yaitu unsur periodisasi dan yang kedua merupakan unsur kronologis. 1. Unsur Periodisasi Unsur periodisasi dalam berpikir diakronik merupakan unsur yang menganalisis suatu peristiwa sejarah yang berlangsung secara runtut atau urut dari berbagai peristiwa tertentu pada masa lalu. 2. Unsur Kronologis Unsur yang kedua dalam berpikir diakronik adalah unsur kronologis. Unsur ini artinya unsur yang menganalisis suatu peristiwa sejarah yang berlangsung secara teratur dari segi proses dan waktu terjadinya peristiwa. Konsep Berpikir Diakronik Setelah memahami apa itu diakronik, maka kalian juga harus mengetahui bagaimana konsep berpikir diakronik. Konsep berpikir diakronik dalam sejarah merupakan konsep berpikir kronologis atau secara urutan yang digunakan dalam menganalisis sebuah peristiwa. Dalam hal ini, kronologis artinya catatan mengenai berbagai kejadian yang diurutkan sesuai dengan waktu kejadiannya. Kronologi dalam peristiwa sejarah kemudian dapat digunakan untuk membantu merekonstruksi kembali bagaimana peristiwa tersebut terjadi berdasarkan urutan waktu secara tepat. Selain itu, konsep berpikir diakronik ini juga bisa membantu membandingkan kejadian sejarah dalam waktu yang sama di tempat yang berbeda tetapi saling berkaitan. Melalui konsep berpikir diakronik ini, maka kalian dapat menganalisis bahwa terjadinya sejarah dari waktu ke waktu karena adanya perubahan dari waktu ke waktu. Dengan demikian, konsep ini dapat digunakan untuk melakukan analisis dampak perubahan variabel sesuatu sehingga memungkinkan para sejarawan mengetahui keadaan tertentu tersebut lahir dan terjadi. Tujuan dari konsep berpikir diakronik ini adalah untuk mengajarkan kalian mengenai konsep berpikir secara kronologis dan juga teratur dan berurutan karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa konsep berpikir diakronik ini merupakan konsep berpikir yang sangat mementingkan proses terjadinya sebuah peristiwa. Ciri-Ciri Berpikir Diakronik Dengan adanya pengertian dan juga konsep berpikir diakronik tersebut, maka kalian dapat mengetahui apa saja ciri-ciri dari diakronik. Berikut adalah karakteristik atau ciri-ciri diakronik. 1. Bersifat Vertikal Diakronik bersifat vertikal, artinya dalam konsep berpikirnya, diakronik ini akan memaparkan berbagai proses mengenai suatu peristiwa atau kejadian dari awal sampai akhir kejadian. 2. Pembahasannya Lebih Luas Karena berpikir diakronik ini mementingkan proses yang mana berkaitan dengan adanya kronologi dari suatu peristiwa yang terjadi, maka cakupan bahasan dalam konsep berpikir diakronik ini akan lebih luas, menyeluruh, bahkan mendetail. Dengan demikian, kalian atau para sastrawan dapat membahas sejarah lebih luas lagi. 3. Memiliki Konsep Perbandingan Tidak hanya pembahasannya yang lebih luas dan sifatnya yang vertikal, diakronik ini memiliki konsep perbandingan. Artinya, akan terdapat perbandingan antara kejadian yang satu dengan kejadian yang lain. Hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui sebab dan penyebab terjadinya peristiwa sejarah tersebut. 4. Bersifat Historis Karena diakronik ini mementingkan proses dan waktu ke waktu, maka konsep ini sangat cocok jika digunakan untuk melakukan suatu analisis yang sifatnya historis, salah satunya adalah peristiwa sejarah. 5. Berkesinambungan Terakhir, dirangkum dari berbagai pengertian dan ciri yang sudah diungkapkan maka diakronik ini akan membahas suatu peristiwa pada satu masa ke masa yang lain secara berkesinambungan. Hal ini dilakukan agar peristiwa yang satu dan yang lain menjadi suatu kesatuan di dalam peristiwa sejarah. Cara Berpikir Diakronik Seperti yang sudah dijelaskan secara gamblang di atas, diakronik merupakan cara berpikir secara kronologis atau urutan yang terjadi dari berbagai catatan mengenai beberapa kejadian yang diurutkan sesuai dengan kejadian yang berlangsung. Kronologis dalam peristiwa yang dimaksud membantu merekonstruksi kembali suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu yang tepat. Sehingga jika disimpulkan, sederhananya konsep diakronik ini merupakan proses pembabakan sejarah yang didasarkan dari urutan peristiwa dan juga urutan waktu. Oleh sebab itu dengan pengertian dari konsep diakronik tersebut, maka landasan berpikir bahwa suatu peristiwa di dalam sejarah yang melintas dalam perjalanan waktu yang teratur ini sifatnya akan lebih dinamis dan juga melalui proses kausalitas antara sebab dan akibat yang saling mempengaruhi antara satu sama lain. Selain itu, cara berpikir diakronik yang digunakan dalam mengkaji sejarah memiliki dua unsur yaitu mengenai unsur periodisasi dan juga unsur kronologis. Berikut adalah contoh dari dua konsep cara berpikir diakronik yaitu unsur periodisasi dan juga unsur kronologis. 1. Unsur Periodisasi Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, unsur periodisasi dalam berpikir diakronik merupakan unsur yang menganalisis suatu peristiwa sejarah yang berlangsung secara runtut atau urut dari berbagai peristiwa tertentu pada masa lalu. Contohnya adalah sebagai berikut Pada zaman praaksara atau zaman prasejarah, konsep diakronik ini membahas mengenai bagaimana peristiwa sejak manusia belum mengenal tulisan sampai ditemukannya aksara pada zaman itu. Setelah itu, periode zaman aksara atau zaman sejarah membahas mengenai peristiwa ketika manusia sudah mengenal tulisan atau aksara hingga saat ini. 2. Unsur Kronologis Sementara itu, unsur yang kedua dalam berpikir diakronik adalah unsur kronologis. Unsur ini artinya unsur yang menganalisis suatu peristiwa sejarah yang berlangsung secara teratur dari segi proses dan waktu terjadinya peristiwa. Contohnya adalah sebagai berikut Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk yang berlangsung pada 1350 sampai 1389. Pada masa Perang Diponegoro atau yang juga disebut sebagai Perang Jawa yang berlangsung pada 1825 – 1945. Pada zaman kolonialisme Jepang di Indonesia yang terjadi pada 1942 – 1945. Perbedaan Antara Konsep Sinkronik dengan Diakronik Setelah memahami pengertian diakronik, kalian juga harus mengetahui apa perbedaan antara konsep berpikir diakronik dan konsep berpikir sinkronik. Secara singkat dapat diartikan bahwa diakronik merupakan sesuatu yang dapat melintasi batas waktu tertentu. Sementara itu, sinkronik merupakan kajian yang dilakukan dan menitikberatkan pada penelitian terhadap berbagai gejala yang lebih luas lagi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, konsep diakronik merupakan konsep berpikir yang disusun secara urut dan juga sesuai dengan kronologisnya yang biasanya konsep ini kerap digunakan untuk melakukan penelitian mengenai ilmu sejarah. Sementara itu, sinkronik memiliki makna yang luas di dalam ruang, tetapi memiliki batasan waktu. Meski demikian, sama halnya dengan konsep diakronik, konsep sinkronik ini juga dapat digunakan untuk mempelajari suatu sejarah atau proses berpikir historis atau sejarah. Di dalam konsep berpikir diakronik, para sejarawan akan menganalisis dampak terhadap proses evolusi dari suatu variabel yang memungkinkan lahirnya alasan tertentu mengenai alasan terjadinya suatu peristiwa atau kondisi sebelumnya dan alasan dari berkembangkan kondisi atau peristiwa tersebut. Berbeda dengan diakronik, cara berpikir sinkronik merupakan cara berpikir yang luas tetapi terbatas waktu, artinya konsep berpikir sinkronik ini digunakan untuk melakukan analisis terhadap suatu kejadian atau peristiwa pada suatu masa atau saat tertentu dengan menggunakan titik tetap yaitu mengenai waktu. Konsep sinkronik ini biasanya hanya menganalisis suatu kondisi pada suatu peristiwa dan tidak memiliki upaya dalam membuat kesimpulan terkait perkembangan peristiwa yang ikut serta dalam suatu situasi. Contoh Berpikir Diakronik Untuk mengetahui bagaimana contoh berpikir diakronik dalam membahas sejarah, berikut adalah beberapa contoh dari diakronik jika dilihat dari peristiwa sejarah yang pernah terjadi di Indonesia. Kronologi Sejarah Pertempuran Surabaya 27 Oktober – 20 November 1945 Pada 25 Oktober 1945, Tentara Inggris yang bernama NICA mendarat di Surabaya. Setelah itu, terjadilah insiden perobekan bagian biru bendera Belanda yang terjadi pada 27 Oktober 1945. Setelahnya, meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia melawan Tentara Inggris. 29 Oktober 1945 terjadilah penandatanganan mengenai gencatan senjata yang terjadi antara Indonesia dengan pihak Tentara Inggris. 30 Oktober 1945 pada pukul WIB, terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur setelah terjadinya gencatan senjata dan berbagai bentrokan yang terjadi pada saat itu. Terjadilah pergantian Mallaby yaitu Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh mengeluarkan ultimatum pada 10 November 1945 untuk meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan. Ultimatum yang dilakukan tak dihiraukan dan pada akhirnya tanggal 10 November 1945 pagi hari, Tentara Inggris melancarkan serangan besar-besaran. Secara umum, perbedaan antara konsep sinkronik dari konsep diakronik adalah kedalaman bahasannya. Konsep diakronik hanya memandang banyak kejadian secara luas dan memiliki kelemahan kedangkalannya memandang banyak peristiwa, tanpa mengkaji kejadian-kejadian sejarah itu secara mendalam. Konsep diakronik dalam mempelajari sesuatu dapat memudahkan untuk memahami perkembangan dari waktu ke waktu, relasi antar periode, kemungkinan pengulangan fenomena, dan perubahan periode awal dengan periode berikutnya. ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien wawasan pendidikan; Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarahnya bangsanya sendiri, sepenggal kalimat dari Bung Karno ini memiliki makna yang sangat mendalam. Setiap bangsa pasti memiliki sejarahnya sendiri dan kesadaran untuk memahami perjalanan sejarah bangsa merupakan hal yang sangat penting. Kesadaran sejarah sendiri merupakan suatu dimensi historis dalam konsepsi waktu yang dimiliki oleh manusia yang berbudaya. Dalam hal ini manusia yang berbudaya akan mengenal waktu dalam sudut pandang objektif maupun subjektif. picture by Waktu yang objektif adalah waktu yang dapat disadari bersama dan diakui oleh orang lain. Sementara waktu subjektif adalah waktu yang bersifat internal dan dipengaruhi oleh emosi dan perasaan. Jika dilihat dari segi bahasa, “sejarah” berasal dari Bahasa Arab syajaratun yang berarti “pohon”, pohon di sini mengacu pada “pohon keluarga” atau asal usul dan silsilah. Bisa diartikan juga sebagai suatu kejadian atau perkembangan tentang suatu peristiwa yang terjadi secara berkesinambungan. Sementara arti “sejarah” yang dikenal saat ini merupakan alih bahasa dari Bahasa Inggris “history” yang bersumber dari Bahasa Yunani Kuno “historia” yang artinya adalah belajar dengan cara bertanya. Kata historia bisa diartikan sebagai telaah mengenai gejala-gejala perihal manusia dalam urutan yang kronologis. Sehingga arti sejarah saat ini adalah “gambaran tentang peristiwa-peristiwa masa lampau yang diberi tafsiran dan analisis sehingga mudah untuk dipahami dan dimengerti”. Sebagai sebuah ilmu, sejarah memiliki karakteristik yang bersifat empiris, memiliki objek, memiliki teori, metode, dan generalisasi. Karena merupakan kajian tentang masa lampau manusia, maka batasan sejarah secara tegas terpisah dengan peristiwa alam dan perkembangannya. Lingkup sejarah hanyamengkaji tentang kehidupan manusia di masa lampau karena manusia merupakan pelaku sejarah. Sehingga manusia memiliki sejarah atau zoon historicon. Oleh karena itu, objek kajian sejarah meliputi semua aspek dan bentuk manusia di masa lampau. Baik sebagai individu maupun kelompok, fisik maupun non fisik. Dengan kata lain, fokus perhatian dari sejarah adalah kebudayaan manusia di masa lampau. A. Cara Berpikir Diakronis Kronologis dalam Sejarah Menurut Kuntowijoyo, ada dua kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian dan penulisan ilmu-ilmu sosial, yaitu cara berpikir kronologis diakronis dan sinkronis. Diakronis atau diachronich dalam Bahasa Latinterdiri dari dua kata, yaitu “dia” yang memiliki arti melalui atau melampau dan “chronicus” yang berarti waktu. Sehingga diakronis bisa diartikan memanjang dalam waktu tetapi tetap terbatas dalam ruang. Berpikir diakronis juga bisa disebut berpikir kronologis urutan, konsep berpikir dari keduanya mementingkan proses sehingga berusaha untuk melihat sejarah dari sudut rentang waktu. Yaitu dengan menganalisis evolusi dari waktu ke waktu sehingga lebih memfokuskan pada perubahan dari masa lampau. Seorang sejarawan akan menggunakan pendekatan diakronis untuk menganalisis dampak perubahan variabel pada sesuatu sehingga memungkinkan untuk membuat kesimpulan mengapa keadaan tertentu berkembang atau berkesinambungan. Cara berpikir diakronis bersifat vertikal dan memiliki konsep perbandingan. Sebagai contohnya adalah peristiwa Perang Diponegoro yang terjadi antara tahun 1825-1830, perkembangan Sarekat Islam di Solo pada tahun 1911-1920, dan Revolusi Fisik di Indonesia pada tahun 1945-1949. Jika disimpulkan, ciri-ciri pendekatan diakronis adalah sebagai berikut Pengkajian dilakukan dengan berlalunya masa Lebih menekankan pada pengkajian peristiwa sejarah Bersifat vertikal, historis atau komparatif Adanya konsep perbandingan Memiliki cakupan kajian yang lebih luas Manfaat pendekatan diakronis adalah sebagai berikut Memiliki pengetahuan yang relevan dengan hubungan sebab akibat atau kesatuan yang terintegrasi Bisa menelaah peristiwa sejarah dan mengetahui asal muasal tiap komponen, bagian, sub sistem, sistem, dan supra sistem. Memiliki keinginan untuk mempelajari, memahami, dan menguraikan sejarah. Memiliki pengetahuan tentang latar belakang masyarakat, sejarah, dan budayanya. Fungsi pendekatan diakronis adalah sebagai berikut Untuk mengurutkan peristiwa sejarah sesuai dengan waktu kejadiannya sehingga memudahkan dalam melakukan rekonstruksi peristiwa di masa lalu. Membantu memudahkan dalam membandingkan peristiwa sejarah yang terjadi di tempat berbeda dalam waktu yang sama. B. Cara Berpikir Sinkronis dalam Mempelajari Sejarah Istilah sinkornis berasal dari Bahasa Yunani “syn” yang berarti “dengan”, dan “khronos” yang memiliki arti “waktu atau masa”. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sinkronik diartikan sebagai “segala sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi pada suatu masa”. Sedangkan kajian sejarah secara sinkronis bisa diartikan “mempelajari peristiwa sejarah dengan segala aspeknya pada masa tertentu secara lebih mendalam”. Menurut Kuntowijoyo, konsep berpikir sinkronis dalam sejarah adalah sebagai berikut Sejarah merupakan ilmu diakronis yang memanjang dalam waktu namun dalam ruang yang sempit. Ketika bersentuhan dengan ilmu sosial, sejarah juga menjadi ilmu yang sinkronis. Jadi selain memanjang dalam waktu sejarah juga melebar dalam ruang. Dengan demikian konsep berpikir sinkronis membutuhkan ruang yang lebar untuk menggambarkan peristiwa sejarah, jika peristiwa tersebut telah ditinjau dari berbagai aspek melalui berbagai pendekatan atau multidimensional. Berpikir sinkronis dalam mempelajari sejarah adalah mempelajari dan mengkaji struktur atau karakter suatu peristiwa sejarah dalam kurun waktu tertentu atau dengan kata lain dibatasi oleh waktu. Salah satu contoh berpikir sinkronis dalam sejarah adalah menggambarkan kondisi ekonomi Indonesia pada rentang waktu tertentu, seperti misalnya kondisi ekonomi masyarakat Indonesia di tahun 1945-1950. Yaitu dengan menguraikan berbagai aspek di dalamnya. Pendekatan sinrkonis merupakan cara berpikir yang khas dari ilmu-ilmu sosial. Jika disimpulkan, ciri-ciri pendekatan sinkronis adalah sebagai berikut Mengkaji peristiwa sejarah yang terjadi dalam kurun waktu tertentu Lebih menitikberatkan pada pengkajian struktur atau karakter Bersifat horizontal Tidak ada konsep perbandingan di dalamnya Memiliki cakupan kajian yang lebih sempit Memiliki sistematis yang tinggi Sifatnya lebih serius dan mendalam Manfaat pendekatan sinkronis adalah Bisa menganalisis suatu peristiwa pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Pendekatan ini tidak berusaha untuk membuat kesimpulan terhadap perkembangan peristiwa yang berkontribusi pada kondisi saat ini, melainkan hanya menganalisis suatu kondisi yang terjadi. Fungsi pendekatan sinkronis adalah Mengamati kehidupan sosial secara luas dalam dimensi ruang Memandang kehidupan masyarakat sebagai sebuah sistem yang terstruktur dan saling terkait antara satu unit dengan unit lainnya Menguraikan kehidupan masyarakat secara deskriptif dengan penjelasan bagian per bagian Digunakan oleh ilmu-ilmu sosial seperti ekonomi, sosiologi, antropologi, geografi, arkeologi, ekonomi, dan politik. Keterkaitan Berpikir Sejarah secara Diakronis dan Sinkronis Sejarah adalah proses, sejarah adalah perkembangan. Ilmu sejarah memiliki sifat diakronis, yang memanjang dalam waktu dengan ruang yang terbatas. Dalam sejarah terdapat proses yang berkelanjutan atau kontinuitas. Sedangkan ilmu sosial lebih bersifat sinkronis dan menekankan pada struktur, sehingga ilmu sosial meluas dalam ruang. Analisis dilakukan terhadap sesuatu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Kedua pendekatan ini saling berhubungan ilmu sejarah-ilmu sosial. Perlu diketahui bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronis dengan ilmu sosial yang sinkronis. Ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial demikian juga sebaliknya. Ilmu sosial menggunakan sejarah ilmu diakronis yang bercampur dengan sinkronis. Referensi Suparno, Drs. 2018. Modul Pendamping Sejarah Indonesia untuk SMK/SMA Kelas X Semester 1. Klaten Utara Mulia Group. Jakarta - Belajar sejarah dapat dilakukan dengan cara berpikir sinkronik dan diakronik. Apa itu cara berpikir sinkronik dan diakronik?Dilansir dari halaman web Rumah Belajar Kemdikbud, cara berpikir sinkronik adalah cara berpikir yang meluas dalam ruang, tetapi terbatas dalam waktu. Sementara itu, cara berpikir diakronik adalah cara berpikir yang memanjang dalam waktu, tetapi terbatas dalam artikel ini, kita akan kupas tuntas cara berpikir sinkronik mulai dari ciri-ciri hingga e-Modul Sejarah Indonesia Kelas X Konsep Berpikir Kronologis, Diakronik, Sinkronik, Ruang, dan Waktu dalam Sejarah, kata sinkronik berasal dari bahasa Yunani, yaitu "syn" yang berarti dengan dan "chronoss" yang berarti begitu, cara berpikir sinkronik hanya akan menganalisis sesuatu pada kondisi tertentu dan lebih menekankan pada struktur. Tujuan cara berpikir sinkronik dalam mempelajari sejarah adalah untuk mengkaji pola-pola, gejala-gejala, dan karakter sebuah peristiwa dalam masa tertentu. Cara berpikir ini memang biasa digunakan dalam ilmu-ilmu dari cara berpikir sinkronik adalah1. Mempelajari peristiwa sejarah yang terjadi pada masa Menitikberatkan kajian peristiwa pada pola-pola, gejala, dan Bersifat Tidak memiliki konsep Jangkauan kajian lebih Memiliki kajian yang sangat Kajian bersifat serius dan Cara Berpikir SinkronikSupaya detikers lebih memahami cara berpikir sinkronik, simak contoh yang dikutip dari buku Sejarah Indonesia oleh Windriati, di bawah ini, 1 Keadaan Ekonomi di Indonesia pada 1998Indonesia berada dalam kondisi ekonomi yang sangat terpuruk pada 1998, bahkan Presiden Soeharto pun mengundurkan diri dari jabatannya. Pada tahun tersebut, Indonesia memiliki banyak utang perusahaan dan negara yang jatuh tempo di tahun yang sama. Hal ini tentu membuat banyak perusahaan gulung angka pengangguran meningkat dan pendapatan per kapita Indonesia turun drastis dari USD per kapita pada 1996 menjadi 610 USD per kapita pada 1998. Selain itu, terjadi pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika hingga Rp per dollar Amerika. Hal ini membuat harga barang meningkat pesat dan inflasi semakin tidak 2 Suasana Pembacaan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 di JakartaPembacaan Proklamasi pada 17 Agustus 1945 merupakan peristiwa paling penting bagi seluruh masyarakat Indonesia. Peristiwa bersejarah ini terjadi di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 yang sekarang menjadi Jalan Proklamasi. Pembacaan Proklamasi dihadiri oleh sekitar 500 orang dari berbagai kalangan dengan membawa apa pun yang bisa dijadikan sebagai Jepang sudah kalah dari Sekutu, tentara Dai Nippon Jepang masih berada di Jakarta. Namun, suasana di Jakarta tetap kondusif. Sebelum dibacakan di kediaman Sukarno, Proklamasi rencananya akan dibacakan di Lapangan karena takut terjadi pertumpahan darah, lokasi pembacaan akhirnya dipindahkan. Perubahan ini membuat sekitar 100 anggota Barisan Pelopor berjalan kaki dari Lapangan Ikada ke kediaman Sukarno. Akibatnya, meraka datang terlambat dan menuntut pembacaan ulang Proklamai. Namun, Mohammad Hatta menolak tuntutan tersebut dan hanya memberikan amanat demikian, dari dengan cara berpikir sinkronik dapat dilihat bahwa kajian yang dipaparkan dalam contoh di atas terbatas dalam waktu, yaitu keadaan ekonomi pada 1998 dan pembacaan Proklamasi pada 17 Agustus 1945, tetapi meluas pada ruang suasana, karakter, dan pola.Dua contoh di atas juga sekaligus menutup pembahasan kita mengenai cara berpikir sinkronik dalam belajar sejarah, nih. Simak Video "Setelah Sarjana Lanjut S2 atau Cari Kerja?" [GambasVideo 20detik] pal/pal

berikut yang tidak termasuk dalam ciri diakronis yaitu